setelah selesai menggerakan jurus &
kripen saya melirik jam di arloji saya,waktu menunjukan pukul 00.00
WIB lalu semua siswa yg ada di ranting saya perintahkan untuk makan bekal
mereka yg di bawa dr rumah,sesudah makan saya menyuruh mereka kembali berkumpul
lg sambil duduk bersila,& seperti latihan di ranting sebelumnya saya
sedikit memberikan ke SH an untuk mereka.
“siapa yg ingin bertanya?”kata saya
mengawali,mereka saling memandang,ekspresi muka bingung jelas sekali terlihat
di wajah mereka,sesaat kemudian seorang siswa privat Bpk Purwanto seorang
kepala desa berumur sekitar 50thun menjawab,”biasanya kan pelatih dulu mas yg
memberi wejangan”,sambil tersenyum simpul saya menjawab”kalau pelatih trs yg
mengawali pasti yg pintar hanya pelatihnya,sekarang saya ubah,dimulai dr
bertanya”jawab saya.mereka bingung apa yg harus ditanyakan,”hayo siapa?”kata
saya,mereka masih bingung,lalu muncullah satu orang siswa dgn tangan yg
mengacung keatas,sepontan semua mata tertuju padanya,beliau adlh mbah
Yit,seorang blantik/pedagang sapi yg sudah berumur sekitar 65tahun.”nha,,,iya
mbah yit,mau tanya apa?”tanya saya,”mas,apakah bisa seorang yg sudah tua
seperti saya ini memperdalam ilmu SH,sementara tubuh saya sudah rapuh karena
usia,untuk menggerakan materi PSHT terasa kaku di sekujur
badan.”tanyanya,”tentu saja bisa mbah.”jawab saya tenang,”belajar SH bkn hanya
terpaku pd jurus yg ampuh saja,tp kerhokhanian jg sangat diperlukan,buat apa
kita jago silat kalau hati kita dipenuhi rasa benci,iri,sombong,dll.”tambah
saya.”jadi walaupun saya kurang lancar dlm materi saya masih bisa memperdalam
ilmu SH?”tanya mbah yit dgn kepala sedikit mendongak ke atas karena beliau ada
di belakang,”tentu saja bisa mbah,bukankah sesepuh SH sudah mengatakan bahwa
puncak dr pencak silat sejatinya bukan kanuragan,melainkan mengarah pd
kerokhanian.”jelas saya,”kalau seperti itu trimakasih mas,saya sudah mendapat
jawaban yg membuat saya tenang.”ucap Mbah Yit,”sama2 mbah,ada yg mau bertanya
lg?”kata saya melanjutkan.
Lalu ibu Ningrum,seorang guru sukuan SD berumur
sekitar 30tahun mengacungkan tangannya,”iya bu,silahkan”kata saya sambil
menyulut sebatang rokok,krn acara dibuat santai agar tdk tegang tp penuh
ketenangan,”apakah kami belajar SH di PSHT ini sudah tepat mas?sementara banyak
SH lain di luar sana yg mengaku lebih baik & asli dr eyank
Suro.”tanyanya,kemudian saya tersenyum & menjawab dgn tembang dandanggula,
“ Lamun sira anggeguru kaki ”
“ Amiliha manungsa kang nyata ”
“ Ingkang becik martabate ”
“ Sarta kang wruh ing hukum ”
“ Kang ngibadah lan kang wirangi ”
“ Sokur oleh wong tapa ”
“ Ingkang wus amungkul ”
“ Tan mikir pawewehing lyan ”
“ Iku pantes sira guranana kaki ”
“ Sartane kawruh ana ”
“jadi nilailah sendiri PSHT dgn hati jenengan,saya
tdk akan berkata tepat atau tdk,krna yg merasakan adalah panjenengan
sendiri,seperti yg baru saja saya tembangkan,pilihlah seorang manusia atau
dalam hal ini perguruan yg benar2 baik,bagus derajatnya dimata masyarakat,serta
tahu & taat akan hukum yg berlaku di dunia ini,jd silahkan di nilai,apakah
jenengan sudah belajar SH di tempat yg benar atau belum.”jawab saya
menerangkan,beliau mengangguk sambil tersenyum setelah mendapat jawaban dr
saya.”ada lg?”tanya saya,”saya mas.”mata saya tertuju pd suara yg saya
kenal,ternyata tdk salah,si Rizda,siswa saya yg paling cerewet dlm
bertanya,”iya,apa riz?”tanya saya,”mas apa SH lain jg bisa mempelajari ilmu SH
tanpa latihan,SH Tunas Muda contohnya,habis dikecer mereka tdk prnah ada yg
latihan,tp kalau Suran Agung mereka ikut ngumpul,enak banget mereka tanpa
latihan dah jd pendekar.”kata Rizda,”apakah kalau mereka latihan harus lapor
dulu ke kamu riz?”tanya saya,”ya nggak jg sih mas,tp enak banget habis di kecer
mereka bebas,mau latihan boleh,nggak jg boleh.”jawabnya,”dulu waktu eyank Suro
masih hidup jika ingin menjadi saudara SH harus di kecer dl sebelum mempelajari
ilmu-ilmunya,tradisi inilah yg di pertahankan Persaudaraan Setia Hati Tunas
Muda dalam penerimaan saudara baru,PSH Organisasi pun jg seperti itu.”jawab
saya,”lalu kenapa PSHT caranya berbeda dgn SH lain mas”tanya rizda di barengi
dgn suara riuh penasaran dr yg lain,”karena Ki Hardjo tdk ingin menyalahi
janjinya pd sang guru yaitu Ki Ngabehi Suro Diwiryo.”jawab saya,suara riuh itu
berhenti menjadi suasana tenang & penuh antusias,”maka Ki Hardjo mengubah
tujuan kecer yg mulanya untuk penerimaan saudara baru diubah menjadi wisuda
karena telah lulus menjadi tingkat 1,tapi ubo rampe & tatacara kecer PSHT
tetap sama dgn SH eyank Suro.”jelas saya.
“kenapa banyak yg mengatakan PSHT adl SH palsu krn
jurusnya yg beda mas?”tanyanya,suasana terdengar kembali riuh karena pertanyaan
rizda,”ya sama,karena Ki Hardjo terikat sumpah Setia Hati maka beliau
memodifikasi semua jurus yg di dapat dr eyank Suro,ilmu SH jg bkn terpaku pd
jurus semata riz,yg terpenting dlm belajar ilmu SH itu adl kerokhanian yg
merupakan titik akhir dr Ilmu SH & PSHT tetap mempertahankan itu.”jelas
saya pada rizda,suasana tenang kembali setelah saya menjawab pertanyaan rizda,”mas
kenapa di PSHT harus latihan dl,apa alasan Ki Hardjo mengubah fungsi kecer
selain tdk mau menyalahi sumpah pd eyank Suro mas?”tanya rizda penasaran,lalu
saya menjawabnya dgn tembang pucung,
“ Ngelmu iku kalakone kanthi laku “
“ Lekase lawankas “
“ Tegese kas nyantosani “
“ Setya budya pangekese dur angkara “
“ilmu itu akan kita dapat dgn
laku/cara/berlatih,kita mau belajar silat,tp tanpa berlatih dgn rajin &
teratur apakah kita bisa silat?padahal silat adlah landasan & media
Persaudaraan di PSHT,jd kalau mau jd saudara PSHT ya harus berlatih dl supaya
jd pesilat yg tangguh,sedikit demi sedikit dgn berlatih pasti akan menemukan
inti dr apa yg akan kita cari,”jelas saya,”kalau kita sudah dpt ilmunya pasti
ilmu itu bs membuat tenang,ilmu itu jg harus diamalkan pd masyarakat,gunakan
ilmu itu untuk membela yg benar & menghancurkan yg salah.”tambah
saya,serentak mereka semua mengangguk-angguk tanda mengerti,”ada yg ingin
bertanya lagi?”tanya saya,semua saling pandang & menjawab”tidak
mas.”walaupun tidak serentak,”baiklah kalau memang tdk ada,silahkan istirahat
dl.”perintah saya pd semua siswa,semua membubarkan diri dgn tenang untuk
beristirahat.
Sambil menghisap rokok saya berpikir,betapa
pengetahuan harus diperlukan dlm melatih,tanpa pengetahuan lebih mustahil
seorang pelatih bisa melatih dgn baik,sungguh saya benar2 merasa masih kurang
dlm pengetahuan SH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar